Mediajustitia.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) secara mengejutkan melakukan penghentian sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok lebih dari 5 persen ke level 6.146,91. Langkah ini diambil sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 sebagai bentuk respons terhadap kondisi pasar yang bergejolak.
Setelah trading halt dibuka kembali pada pukul 11:49:31 WIB, IHSG justru mengalami tekanan lebih dalam hingga melemah 6 persen ke level psikologis 6.000. Situasi ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang segera turun tangan untuk memastikan stabilitas pasar tetap terjaga.
DPR Tinjau Langsung Kondisi Pasar
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, bersama jajaran Komisi XI langsung mengunjungi BEI guna meninjau kondisi pasar yang sedang bergejolak serta memberikan dukungan kepada investor. Dasco tiba di BEI Jakarta pada pukul 13.40 WIB, ketika perdagangan sesi kedua telah dimulai dan IHSG mulai sedikit membaik meski masih mencatat pelemahan 4,47 persen ke level 6.100.
“Jadi, menyikapi pembekuan otomatis akibat koreksi IHSG 5 persen yang memang merupakan mekanisme otomatis, ini bukan pertama kali terjadi. Kita sudah pernah mengalami hal serupa saat pandemi COVID-19. Kami datang ke BEI hari ini untuk memberikan dukungan dan meyakinkan pasar agar tetap tenang,” ujar Dasco.
Selain itu, Dasco menegaskan bahwa pemerintah akan mengambil langkah cepat untuk memastikan pemulihan pasar modal dan stabilitas ekonomi tetap terjaga. “Kami mendukung pemerintah untuk hadir dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam tempo yang secepat-cepatnya guna mengembalikan stabilitas pasar,” tambahnya.
Dukungan Penuh dari Komisi XI DPR
Ketua Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun, turut menegaskan bahwa pemerintah memberikan dukungan penuh kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI dalam menghadapi situasi ini.
“Langkah ini diambil untuk meyakinkan pasar bahwa mereka didukung penuh oleh negara dan pemerintah,” kata Misbakhun dalam konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta.
Ia juga menyoroti pentingnya kebijakan yang terkoordinasi antara berbagai lembaga, termasuk Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dalam menyampaikan bauran kebijakan moneter dan fiskal guna memperkuat pasar keuangan Indonesia.
Pasar Keuangan dan Sektor Perdagangan
Di tengah tekanan di pasar modal, sektor perdagangan menunjukkan indikator yang lebih positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2025 mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai AS$21,98 miliar atau naik 2,58 persen dibandingkan Januari 2025. Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Februari 2025 naik 9,16 persen menjadi AS$43,41 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global meningkat menjadi 53,6 persen pada Februari 2025, menunjukkan pertumbuhan sektor manufaktur yang tetap kuat.
Meskipun tekanan di pasar modal masih terasa, langkah-langkah pemerintah dan DPR diharapkan dapat menenangkan investor serta memulihkan stabilitas pasar keuangan Indonesia dalam waktu dekat.