Implikasi Keberadaan Merger 3 Bank Syariah

15 February 2021 | 20

MediaJustitia.com: Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI) mengadakan Webinar dengan tema “Tonggak Sejarah Perbankan Syariah Indonesia: Masa Depan Ekonomi Berbasis Syariah.” Dalam webinar kali ini mengundang Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai Keynote Speaker, serta dua pemateri lainnya, yaitu Henri Gunardi selaku Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, dan Adiwarman Azwar Karim selaku Pengamat Ekonomi Syariah.

Webinar ini menyikapi adanya merger bank BUMN Syariah, Bank Syariah Indonesia (BSI) yang resmi terbentuk pada Senin 1 Februari 2021. Penggabungan tiga bank yang terdiri BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Mandiri Syariah tersebut tentunya berpengaruh terhadap pelayanan konsumen atau nasabah sehingga memunculkan berbagai pertanyaan yang muncul dari public, khususnya mengenai status rekening, pinjaman hingga simpanan dana setelah merger dilakukan.

Sri Mulyani memberikan gambaran tentang harapan dengan adanya Bank Syariah Indonesia (BSI) masyarakat dapat turut ambil bagian dalam industri perbankan syariah. Dengan adanya peran aktif masyarakat dalam berdirinya Bank Syariah di Indonesia artinya kita juga membantu pemulihan ekonomi nasional dan untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia

Sri Mulyani menegaskan adanya kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia hal ini tidak hanya menjadi tantangan di bidang kesehatan, namun memberikan dampak yang luar biasa di bidang sosial, ekonomi, dan keuangan. Pertumbuhan ekonomi kita mengalami tekanan yang sangat dalam.

Pada kuartal ke II pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertama kali semenjak terjadinya krisis ekonomi dan keuangan tahun 1998. Adiwarman Azwar Karim melihat adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi karena pandemi covid-19 tersebut menjadi hal yang menarik untuk dijadikan sebuah peluang berdirinya Bank Syariah di Indonesia sekarang ini sebagai jalan keluar pemulihan ekonomi Nasional.

Bank Syariah tentu diharapkan menjadi jalan keluar untuk pemulihan dan peningkatan perekonomian Nasional ditambah Sri Mulyani memberikan visi untuk Bank Syariah Indonesia 5 tahun ke depan dapat menjadi pemain tingkat global. Akan tetapi Adiwarman Azwar menegaskan berdirinya Bank Syariah tidak menempatkan Bank Konvensional sebagai musuh.

Bahwa dengan konvensional, market-market tertentu yang ingin masuk ke syariah, karena beberapa kesempatan terlihat bahwa ada memang satu tren ingin hijrah, akan tetapi hingga saat ini belum ada bank syariah yang memadai sesuai dengan yang diharapkan nasabah, mereka ingin memiliki relationship perbankan syariah, misalnya Private Banking. Umumnya nasabah-nasabah yang ingin hijrah tidak tahu akan dibawa kemana, karena tidak ada satupun bank syariah yang menyediakan layanan yang komprehensif maupun pelayanan Private Banking dan tentunya ini menjadi potensi untuk sinergi antara Bank Konvensional dan Bank Syariah.

Henri menambahkan bahwa yang perlu digaris bawahi customer akan melihat competitivenes sebuah perbankan tidak ada urusan konvensional maupun syariah, siapapun banknya, sepanjang bisa memberikan atau menyediakan layanan dari sisi pricing, dari sisi fitur atau produknya yang dapat memenuhi kebutuhan nasabahnya yang disupport digitalnya yang baik, maka akan membuat nasabahnya dari manapun datangnya akan kesana, dari sisi lain tidak hanya dalam produk akan tetapi misalnya pelayanan. Henri juga memaparkan Rencana BSI ke depan, yaitu melakukan digitalisasi industri. Selain itu juga pengoptimalan pada segmen generasi muda, strategi yang akan dilakukan salah satunya adalah branding. Kemudian strategi berikutnya adalah teknologi service yang dimana dalam aplikasinya akan banyak menggunakan sistem pembayaran yang terintegrasi. Henri berharap masyarakat dapat mempercayakan transaksi keuangannya di BSI. Sehingga kedepannya penetrasi perbankan syariah akan lebih optimal.

banner-square

Pilih Kategori Artikel yang Anda Minati

View Results

Loading ... Loading ...