Mogok Produksi, Tahu Tempe se-Pulau Jawa akan Hilang 3 Hari!

21 February 2022 | 3
sumber foto : Liputan6.com/Johan Tallo

MediaJustitia.com: Harga kedelai dunia tengah mengalami kelonjakan. Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$ 15 per bushel (sekitar 27,21 kg) setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021 di kisaran US$ 16 per bushel.

Situasi ini berimbas pada makanan sehari-hari warga Indonesia, tahu dan tempe. Para perajin tahu tempe akan melakukan aksi mogok produksi. Aksi mogok itu selama 3 hari, mulai Senin-Rabu, 21-23 Februari 2022. Diprediksi, 500 ton tahu tempe akan hilang dari pasaran

Sekretaris Jenderal Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia DKI Jakarta Hedy Kuswanto mengatakan skala produksi di DKI Jakarta sendiri adalah 5.000 ton per bulan. Dengan adanya mogok produksi, berarti suplai ke pasaran juga dipastikan terhenti.

“Jakarta produksinya per bulan 5.000 ton kedelai yang diproduksi, kalau tiga hari ketemunya berapa ton itu. Dampaknya jangan dianggap sepele, kalau DKI jakarta mogok terus Jabar mogok produksi, Jateng juga ikut di susul Jatim juga ikut, saya gak bisa bayangkan masyarakat ekonomi bawah mencari tempe dan tahu dimana?,” terangnya.

Dengan asumsi produksi di DKI Jakarta sebesar itu, berarti akan ada sekitar 500 ton produksi kedelai yang akan hilang dari pasaran di DKI Jakarta. Dengan asumsi skala produksi yang sama juga terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, berarti akan ada total 1.500 ton produksi kedelai yang hilang di pasaran di tiga provinsi.

Kondisi ini tak hanya berdampak pada industri dan perajin tempe dan tahu. Pelaku usaha di bidang warung makan/warteg pun ikut terkena imbas dari harga kedelai yang masih bergerak secara fluktuatif.

Ketua Umum Warung Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, hingga saat ini, ribuan usaha warung makan yang tergabung dalam paguyubannya belum mampu bangkit. Sejumlah tantangan diakui membebani pengusaha warteg.

 

Permintaan dibalik Aksi Mogok

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia Aip Syariuddin menjelaskan permintaan dibalik akso mogok para perajin tempe dan tahu. Pertama, perajin meminta supaya harga tempe dan tahu dinaikkan. Kedua, pihaknya meminta agar harga kedelai tidak naik setiap hari.

“Ketiga, kami minta harganya stabil, setidaknya dalam waktu sebulan sampai 3 bulan,” kata Aip.

Keempat, Aip meminta agar pemerintah membentuk skema subsidi kedelai kepada perajin tahu dan tempe. Dia meminta ada batas maksimal harga kedelai bagi perajin tahu dan tempe.

Dia bilang perajin setuju apabila harga kedelai dipatok maksimal di kisaran Rp 9 ribu – Rp 10 ribu per kilogram. Sementara harga kedelai saat ini sudah mencapai Rp 11 ribu-Rp 12 ribu per kilogram di tingkat perajin.

“Keempat, kami kalau boleh minta diberikan subsidi. Kita minta beli maksimal 10 ribu aja per kilo, itu sudah diterima di perajin,” ungkap Aip.

Mewakili para perajin, Aip meminta maaf apabila aksi mogok produksi ini membebani masyarakat. Menurutnya, aksi ini dilakukan agar nasib perajin tahu dan tempe bisa lebih diperhatikan.

“Saya juga atas nama perajin mohon maaf sama semuanya, ini bukan keinginan kita. Kami hanya ingin memperlihatkan adanya kesulitan yang kami rasakan. Kami terpaksa lakukan, sehingga pemerintah bisa dengar kami ini perlu bantuan,” pungkas Aip.

banner-square

Pilih Kategori Artikel yang Anda Minati

View Results

Loading ... Loading ...